💥 Menentukan Awal Ramadhan di Indonesia
Part 2
Kalo sebelumnya kita sudah membahas bagaimana metode penetuan awal ramadhan dgn dua metode yg berbeda yaitu ru'yah dan hisab.
Namun sekarang kita akan membahas penentuan awal ramadhan di indonesia.
Perbedaan penetapan awal bulan qamariah di indonesia memang tidak pernah sepi.
Bahkan sejak zaman penjajahan dahulu, Dr. Snouck Hurgonje mengatakan bahwa tida usah heran jika negri ini hampir setiap tahun timbul perbedaan penetapan awal tahun, lebaran dan penetapan idul adha, bahkan terkadang perbedaan itu terjadi antar kampung dgn kampung yg berdekatan.
Di indonesia ada dua kelompok penetapan awal bulan qomariah yaitu
🔹1. kelompok yg berbasis ru'yah
🔹2. kelompok yg berbasis hisab.
Namun jgn dikira semua pemebagiannya sesederhana itu. Ternyata didalam masing2 kelompok, masih ada pecahan2 lagi, yg membuat mereka sama2 menggunakan metode ru'yah hasilnya bisa saja berbeda.
Demikian juga dgn yg berbasis hisab, sama2 memakai metode hisab namun hasilnya bisa saja berbeda.
Pecahan2 tersebut yaitu :
🌖 1. Berbasis Ru'yah
Meski sama2 berbasis ru'yathul hilal, namun kenyataannya bisa saja yg keluar dari satu kelompok itu berbeda2. Yaitu :
🔹a. Aliran Ru'yah dalam Satu Negara.
Aliran ini sering disebut juga dgn rukyah fi wilaytil hukmi.
Prinsipnya aliran ini berpegang pada hasil rukyat pada setiap tgl 29. Jika berhasil melihat hilal, hari esoknya berpuasa. Kalo tidak maka digenapkan menjadi 30 hari, dan hanya untuk satu wilayah negara.
Sedangkan negara lain yg berbeda tidak harus terkait dgn rukyat nasional ini.
Sebagai contoh :
Bila ada seorang muslim telah melihat hilal ramdhan di gorontalo sulawesi, maka kalo kesaksiannya diterima oleh negara, maka semua rakyat indonesia terkena kewajiban untuk ikut hasil rukyat tersebut.
Meski ada rakyat yg tinggal ribuan kilometer dari gorontalo, misalnya dia berada di pulau sabang paling barat indonesia.
Sebaliknya, meski ada orang yg tinggal lebih dekat dgn gorontalo, katakanlah umat islam yg berada di mindanau philipina selatan, mereka tidak terikat dgn hasil rukyat indonesia. Alasanya karena keduanya berada di dua negara yg berbeda.
Di indonesia aliran ini yg dipegang oleh Nahdlatul Ulama ( NU ) selama ini.
🔹2. Aliran Ru'yat International
Aliran ini bisa juga disebut ru'yah dauliyah.
Aliran ini berperinsip bahwa negri islam di dunia ini hakikatnya adalah satu negara saja. Maka wilayah manapun dari negri islam, jika ada penduduknya yg menyatakan melihat hilal, maka hal ini berlaku untuk seluruh dunia tanpa memperhitungkan jarak geografis.
Kira2 ilustrasinya apabila ada hilal tampaj di pegunungan afghanistan, maka umat islam yg ada di spanyol, siberia, atau di indoneisa wajib ikut ru'yah itu.
Di antara yg beraliran semacam ini selama di indonesia adalah salah satunya ialah Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI ).
🔹c. Ru'yah Mekkah
Prinsip aliran ini harus selalu mengacu ke kota mekkah al mukaramah.
Merka berperinsip kapan pun pemerintah kota mekkah menetapkan jadwal puasa, lebaran dan idhul adha, maka seluruh umat islam sedunia harus mengikutinya.
Di indonesia sendiri aliran ini seringkali digunakan oleh salah satunya Dewan Dakwah Islam Indonesia ( DDII ), meski mereka tidak mengakuinya secara resmi.
Yg menarik justru pemerintah Arab saudi dan para ulamanya tidak pernah mengahruskan negara2 islam untuk mengikuti jadwal puasa dan lebaran mereka.
Misalnya arahan dari mufti kerajaan arab saudi yaitu syekh abdul aziz bin baz rahimullah, beliau berkata :
" setiap muslim hendaknya berpuasa dan berbuka berasa ( pemerintah ) negrinya masing2 "
Dan pendapat ini cerminan dari mazhab ahmad bin hanbal. Karena imam ahmad bin hanbal berfatwa seorang hendaklah bershaum bersama penguasa dan jamaah ( mayoritas ) umat islam.
💥2. Berbasis Hisab
Persis seperti kelompok ru'yah, kelompok ini juga punya banyak cabang didalamnya.
🔹a. Hisab Wujudul Hilal
Aliran ini berprinsip jika menurut perhitungan ( hisab ), hilal dinyatakan sudaj diatas ufuk, hari esoknya dapat ditetapkan sebagai tgl baru.
Dan semua itu bisa langsung diputuskan sejak awal atau sejak jauh2 hari, bahkan jadwal ramadhan untuk dua atau tiga abad mendatang.
Prinsip seperti ini di indonesia banyak digunkan oleh barbagai ormas, salah satunya oleh ormas muhammadiyah.
Intinya kalo hilal sudah nampak walaupun sangat kecil, masih dibawah derajat, sudah bisa dianggap berganti bulan.
🔹b. Hisab Imkanurru'yah
Aliran ini meski menggunakan hisab, namun mereka tidak serta merta memastikan penggantian bulan. Mereka masih mempertimbangkan satu faktor, yaitu apakah mungkin hilal itu bisa dilihat dgn mata telanjang?
Kalo posisi hilal sangat rendah, masih di bawah satu atau dua derajat, maka mata telanjang tidak akan mungkin bisa melihatnya. Bahkan alat2 semacam teropong sekali pun akan kesulitan menemukan hilal.
Aliran ini dipegang oleh pemerintah Republik Indonesia. Yaitu dgn standar inkanurrukyah 2 derajat dari ufuk.
Artinya bila hilal masih dibawah dari 2 derajat, maka tidak mungkin bisa dilihat ( di ru'yah ). Sehingga pada saat itu ru'yah tidak dipakai, meski ada orang yg melaporkan bahwa dirinya melihat hilal. Semua laporan akan ditolak bila menurut hisab, hilal masih di bawah 2 derajat.
Selain kementrian RI, masih ada banyak lagi yg menggunakan standar imkanurruyah ini, namun dgn standar yg berbeda2, seperti 3 derajat, 4 derajat, lima derjat dan seterusnya.
Sudah bisa dipastikan, karena standarisasi imaknurruyah masing2 berbeda, maka hasilnyapun selalu akan berbeda, meski sama2 memakai metode hisab.
🔹c. Hisab Jawa Asepon
Aliran hisab jawa asepon yg berpedoman pada kalender jawa islam yg diperbarui dgn ketentuan Tahun alif jatuh pada selasa pon. Aliran ini dianut oleh keraton yogyakarya.
🔹d. Hisab Jawa Aboge
Aliran hisab ini berpedoman pada kalender jawa islam yg lama dgn ketentuan tahun alif jatuh pada rabu wage.
Aliran ini yg dianut oleh mayoritas islam kejawen seperti dusun golak ambarawa kabupaten semarang.
Apapun metode awal ramadhan dan syawal, baik yg menggunakan hisab atau ru'yat, sudah bisa dipastikan hasilnya pasti berbeda2. Kalo tiap kelompok masyarakat atau bahkan tiap oranh dibolehkan untuk menetapkan sendiri2, pasti perbedaan awal ramadhan dan lebaran tidak bisa dihindarkan.
Bahkan boleh jadi perbedaan itu bukan hanya di dua hari yg berbeda, bisa saja menjadi tujuh hari yg berbeda.
Lalu bagaimana solusi dalam menyikapinya???
Jawabannya ada di part selanjutnya... Part 3
Bersambung....
Wallahualam
Sumber :
Kitab Seri Fiqih Kehidupan jilid 5
Silakan di share ke yg lain..
bangronay.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar